
Kedelai merupakan salah satu tanaman leguminosae yang dapat bersimbiosis dengan bakteri diazotrop untuk memfiksasi nitrogen. Nitrogen merupakan unsur yang paling penting bagi pertumbuhan dan pengisian biji kedelai. Namun, ketersediaan nitrogen dalam tanah umumnya sangat rendah. Padahal kuantitas dan kualitas hasil biji kedelai yang tinggi memerlukan pasokan N yang tinggi pula. Penggunaan pupuk N buatan yang berasal dari gas alam, mempunyai keterbatasan. Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan N tanaman kedelai adalah inokulasi Rhizobium sp. Inokulasi Rhizobium pada tanaman kedelai sudah lama dikenal sebagai salah satu pupuk hayati. Inokulasi Rhizobium diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nitrogen pada tanaman kedelai sehingga dapat mengurangi kebutuhan pupuk nitrogen anorganik. Kebutuhan tanaman kedelai akan unsur hara nitrogen sangat tinggi sehingga adanya sumber nitrogen yang murah akan membantu mengurangi biaya produksi.
Bakteri Rhizobium telah lama digunakan sebagai pupuk hayati terhadap tanaman kacang-kacangan karena dapat membentuk bintil akar sehingga dapat mengikat nitrogen bebas. Secara umum inokulasi dilakukan dengan memberikan biakan Rhizobium kedalam tanah agar bakteri ini berasosiasi dengan tanaman kedelai mengikat N2 bebas dari udara. Tanah bekas ditanami kacang-kacangan biasanya diambil sebagai bahan inokulan yang mengandung bakteri Rhizobium dan bila tanah tersebut digunakan kembali untuk tanaman kedelai berikutnya maka pertumbuhan kedelai akan lebih baik, bintil akar akan mulai terbentuk sekitar 15-20 hari setelah tanam sedangkan pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai bakteri Rhizobium tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk.
Dewasa ini inokulasi dapat dilakukan dengan bahan penular bakteri Rhizobium diantaranya Legin, Nitragin, Rhizobium japonicum, Rhizobium leguminosarum, dan lain-lain. Bahan inkulum tersebut mengandung biakan bakteri Rhizobium yang berfungsi sebagai pengikat nitrogen udara karena adanya proses simbiosa bakteri dan tanaman.
Pada lahan yang sudah sering ditanami kedeiai atau pada tanah yang subur, benih sumber tidak perlu diperlakukan dengan inokulasi Rhizobium karena Rhizobium akan menjadi kurang efektif untuk mengikat nitrogen. Inokulasi Rhizobium sangat diperlukan dalam budi daya tanaman kedelai di lahan baru yang belum pernah ditanami kedelai. Praktek inokulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
A. Inokulasi dengan Menggunakan Tanah Prosedur kerja inokulasi lahan adalah sebagai berikut: disediakan tanah bekas pertanaman kedelai sebanyak 0,3 - 0,4 ton untuk setiap hektar lahan pertanaman; inokulum tanah tersebut disebarkan secara merata pada permukaan tanah yang telah diolah; kemudian diaduk atau dicangkul hingga rata. Prosedur kerja inokulasi benih kedelai adalah sebagai berikut: tanah inokulum ditumbuk hingga halus; biji kedelai dibasahi dengan air secukupnya, kemudian dicampur dengan tanah inokulum. Untuk 50 kg benih, diperlukan sekitar 5 kg tanah inokulum. Biji yang telah dicampur dengan inoculum kemudian ditanam di lahan.
B. Inokulasi Bertahap Alami. Prosedur kerja inokulasi bertahap adalah sebagai berikut: lahan yang direncanakan akan digunakan untuk pertanaman kedelai terlebih dahulu ditanami kedelai beberapa kali secara berturut-turut. Bakteri Rhizobium akan berkembang di dalam tanah, semakin lama semakin banyak, ditandai dengan semakin banyaknya bintil akar pada akar tanaman kedelai.
C. Inokulasi dengan Biakan Murni Rhizobium. Biakan murni strain Rhizobium yang digunakan sebagai inokulum dapat berupa kultur cair, biakan agar pada botol, atau biakan Rhizobium. Bahan pembawa untuk biakan Rhizobium pada umumnya berupa gambut, namun dapat juga menggunakan kompos atau campuran gambut dan tanah liat. Prosedur inokulasi dengan biakan murni adalah sebagai berikut: disiapkan benih kedelai yang akan ditanam dan inokulum kedelai, dibasahi dengan air secukupnya, dan dicampur hingga rata. Setiap kilogram benih dicampur dengan 7,5 g inokulum biakan murni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar